Selama hampir dua minggu ini, tim UGOS UGM melaksanakan kegiatan migrasi open source di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Laboratorium Komputer, SAU (Self Access Unit), dan warnet Sastronet adalah sasaran migrasi open source. Proses migrasi berjalan cukup lancar, walau sempat menemukan beberapa kendala. Beruntung, masih bisa diatasi oleh teman-teman tim UGOS. “Hanya koneksi yang melalui protokol http yang tidak bisa diakses oleh Linux, itu kendala terbesar yang kami temui di lapanganâ€, papar Agung Nugroho, koordinator tim UGOS PPTIK. Setelah mendiagnosis kendala tersebut, tim UGOS menyimpulkan bahwa virus hard nut adalah penyebab dari permasalahan ini. Virus ini membanjiri (flooding) jaringan LAN dengan mengirimkan paket ARP (arp poisoning).
Proses migrasi di fakultas ilmu budaya
Proses migrasi di fakultas ilmu budaya merupakan pilot project kedua setelah rektorat ugm, saat ini rektorat ugm juga masih dalam proses migrasi dan pendampingan, sehingga tim UGOS memecah tim menjadi 3 bagian. Tim pertama membantu pendampingan dan migrasi rektorat ugm, tim kedua melakukan migrasi di fakultas ilmu budaya dan tim ketiga standby untuk membantu mengatasi permasalah di lapangan yang tidak bisa di tangani oleh tim pertama dan kedua.
Migrasi fakultas ilmu budaya ditargetkan akan selesai akhir bulan April. Untuk Lab Komputer, tim UGOS melakukan installasi sistem operasi Linux beserta software pendukungnya, ditambah dengan installasi dan konfigurasi router. Sedang di SAU, tim UGOS melakukan installasi sistem operasi Linux dan billing. Terakhir, di sastronet, warnet fakultas ilmu budaya, migrasi open source meliputi kegiatan installasi sistem operasi Linux beserta software pendukungnya seperti deepfreeze, ditambah dengan installasi billing BIOS pada tiap-tiap PC client. Hingga saat ini, kegiatan migrasi di fakultas ilmu budaya masih terus berlangsung sampai akhir bulan April.
Sejauh ini migrasi berjalan lancar dan para pengguna juga sudah mulai terbiasa menggunakan Linux dan aplikasi open source lain. Baik lab komputer maupun SAU, kedua lab tersebut menggunakan Linux ketika proses belajar dan mengajar.