Di Balik Warna, Logo, dan Tipografi UGOS
Warna-warna Bermakna
Warna-warna yang terdapat dalam logo UGOS adalah warna formal dan informal UGM. Di dalamnya pula terkandung warna bendera-bendera fakultas dan warna dalam lambang Surya Binolong universitas tertua di Indonesia ini. Semua pewarnaan itu dijadikan acuan yang dimasukkan dalam logo UGOS.
- Biru. Warna ini adalah warna khas UGM, seperti yang dipopulerkan dari novel Cintaku Kampus Biru, (Ashadi Siregar, 1976-2004), film (Ami Prijono, 1976), dan sinetronnya pada 2003. Biru juga berasal dari dari langit cerah yang luas dan terbuka, seperti semangat Open Source. Sistem source code untuk khalayak. Konsep keterbukaan ini juga seperti langkah sinergis UGM menuju cakrawala yang lebih luas: internasionalisasi, sebuah program menuju world class research unversity yang dilakukan Universitas Gadjah Mada sejak lima tahun terakhir.
- Oranye. Warna ini adalah stilirisasi dari warna emas logo UGM. Sifatnya yang cerah dan terang seakan membawa semangat muda yang dinamis, berani menampilkan diri, berbeda dengan yang lain, seperti juga langkah-langkah dilakukan oleh UGOS dalam mengimplementasikan Open Source di UGM.
GamaTux: Si Penguin UGM
Lambang ini adalah gambar penguin muda Tux– yang menjadi ikon Linux, salah satu sistem operasi Open Source. Gadjah Mada Tux atau GamaTux adalah ikon Linux yang senada, khusus digunakan untuk konsepsional dan operasional pengembangan Open Source di UGM.
GamaTux dibuat khusus untuk UGOS, karenanya, bersifat unique. Hanya satu. Segala derivasi GamaTux mengacu ikon ini. Oleh karena itu, GamaTux dapat muncul dengan konteks kekhasan masing masing lokus seperti fakultas, unit, laboratorium, hingga avatar perorangan di UGM. Sebagai contoh, GamaTux di Fakultas Ilmu Budaya diderivasikan dari GamaTux UGOS. Penguin biru GamaTux dengan pakaian wayang. Pakaian itu dianggap khas karena latar belakang budaya yang menjadi konsentrasi di fakultas tersebut.
Bila Tux pada umumnya berwarna hitam, maka GamaTux berwarna UGM: biru. Sekali lagi ini menunjukkan ke-unique-an GamaTux yang berasal dari Kampus Biru.
Topi toga yang digunakan GamaTux menguatkan kesan akademik kegiatan UGOS. UGOS adalah gerakan open source yang yang dimotori oleh ketiga komponen akademik universitas: staf pendidik, mahasiswa dan karyasiswa, serta staf administratif. Pendeknya, semua civitas academica terlibat dalam gerakan ini. Toga ini juga mengesankan bahwa profesionalisme UGOS juga berdasarkan pada pola kerja akademisi.
GamaTux digambarkan sebagai Tux yang muda, tersenyum, mewakili imaji UGOS yang ramah dan user friendly. Senyum Tux merepresentasi UGOS yang gembira, optimis, cerdas, dan santun.
Konsep Tipografis
UGOS sebenarnya singkatan yang dibaca secara akronim, ‘tidak tepat’ dibaca [ugos]. Namun demikian, untuk kemudahan lafal, UGOS diucapkan demikian. Konsep ‘kemudahan mengucapkan’ ini sejalan dengan keinginan UGOS untuk memudahkan persoalan dalam pengembangan gerakan Open Source di UGM.
Tipografi UGOS berarti menjadi bagian (inheren) dalam konsep Open Source secara internasional. Font yang dipilih Vemana adalah font mutakhir (kekinian dan modern), bold, strong, ” membawa nuansa modernist dan confident.